Dampak-dampak keseimbangan parsial dari pemberlakuan tarif dapat dilihat dari gambar dibawah ini :
Pada panel-panel di
atas, nampak simbol SH yang
melambangkan kurva penawaran domestik di Negara besar tersebut untuk komoditi
X, sedangkan SF melambangkan kurva penawaran komoditi X dari
negara-negara lain dan SH + F
merupakan keseluruhan kurva
penawaran komoditi X. Dalam kondisi tanpa tariff atau perdagangan bebas, kurva
DH (permintaan domestik terhadap komoditi X) berpotongan dengan SH + F. Perpotongan itu
terjadi di titik B (lihat panel sebelah bawah), dan di titik itu Px
= 2 dolar dan Qx = AB = 50 (dari jumlah tersebut, Ac =
20X dipasok oleh produsen domestik, sedangkan CB = 30X disediakan
oleh produsen negara lain). Seandainya Negara besar tersebut memberlakukan
tarif impor ad valorem sebesar 50 persen (t) terhadap komoditi X, maka total
kurva penawaran akan bergeser hingga 50 persen dan menjadi SH + F + T. Kini DH berpotongan dengan SH
+ F + T di titik H. Di titik
tersebut, Px = 2,5 dolar dan Qx = GH = 40 (dari jumlah itu GJ atau 25X dipasok oleh produsen
domestik, sedangkan sisanya yakni CH
= 15X, diimpor). Penurunan surplus konsumen sama dengan penjumlahan
bidang-bidang segi empat a + b + c + d = 22,5 dolar. Dari jumlah tersebut a =
11,25 dolar merupakan kenaikan rente atau surplus produsen yang diterima oleh
para pengusaha domestik, c = 7,5 dolar merupakan pendapatan tarif yang diterima
oleh pemerintah negara besar tadi dari konsumen domestik, sedangkan sisanya (jumlah
dua segi tiga b + d = 3,75 dolar) merupakan biaya proteksi atau biaya bobot
mati yang harus dipikul oleh perekonomian negara besar tadi secara keseluruhan.
Karena pemerintah memperoleh pendapatan tambahan dari tarif sebesar MNIK = e =
4,95 dolar (dari para pengekspor di negara lain), maka secara keseluruhan
perekonomian negara ini memperoleh keuntungan bersih sebesar 1,2 dolar dari
pemberlakuan tarif.
Pertanyaan lain ada gk kak selain dia itu,, terimakasih
ReplyDelete