Pertanian
dalam arti luas meliputi pertanian rakyat (pertanian dalam arti sempit),
perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1981).
Sub sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan sebagian besar merupakan sub sektor yang dikuasai oleh rakyat baik dari sisi luas pertanian dan keterlibatan petani dalam kegiatan pertanian.
Meskipun menguasai sebagian besar kegiatan pertanian di Indonesia, kelompok ini juga menghadapi banyak permasalahan dalam pengembangan pembangunan pertanian modern.
Sub sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan sebagian besar merupakan sub sektor yang dikuasai oleh rakyat baik dari sisi luas pertanian dan keterlibatan petani dalam kegiatan pertanian.
Meskipun menguasai sebagian besar kegiatan pertanian di Indonesia, kelompok ini juga menghadapi banyak permasalahan dalam pengembangan pembangunan pertanian modern.
Persoalan dalam
Pertanian di Indonesia
1. Kecilnya luas pemilikan lahan di
Indonesia; permasalahan utama adalah bertambahnya jumlah rumah tangga petani
gurem (luas lahan <0,5 ha) yang disebabkan karena sebahagian lahan petani
kecil telah terjual kepada petani kaya. Luas lahan yang relatif kecil (0,5- 1
Ha) dan letaknya terpencar-pencar dan jumlah penduduk yang terus bertambah
menyebabkan beban usahatani menjadi semakin besar dan menyulitkan perkembangan
pembangunan pertanian di Indonesia.
2. Usahatani merupakan usaha rumah tangga;
tujuan utama usahatani adalah memenuhi kebutuhan rumah tangga akan makanan,
kesehatan, pakaian, dan sebagainya. Kerja usahatani dengan rumah tangga tidak
dapat dipisahkan dan tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam
keluarga.
3.
Kekurangan modal; kurangnya modal dalam
pengembangan usahatani menyebabkan tingkat pendapatan petani relatif kecil
sehingga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani terjerat
dengan hutang dan menggantungkan hidupnya kepada bantuan tengkulak.
4. Pengangguran tersembunyi; tenaga kerja
dimana mereka tidak bekerja secara penuh dari waktu ke waktu. Ada beberapa
penyebab munculnya pengangguran tersembunyi;
·
Luas usaha tani kecil
·
Tenaga kerja keluarga berlebihan
·
Produksi musiman
· Industri kecil pedesaan tidak berkembang
5. Kesukaran dalam Penerapan Teknologi; rendahnya tingkat
pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani menyebabkan petani harus
berhati-hati dalam menerima teknologi baru karena teknologi baru mengundang
resiko kegagalan.
6. Perangkap kemiskinan; kemiskinan di sektor pertanian
bukan hanya masalah ekonomi melainkan juga masalah sosial budaya dimana para
petani terperangkap dalam lingkaran hutang terselubung.
7. Kurangnya sarana pendukung; diakibatkan karena jarak
lokasi usahatani yang cukup jauh dari kota sehingga penyediaan sarana produksi
yang diperlukan menjadi relatif sulit didapatkan.
8. Kemampuan manajerial petani rendah; beberapa penduduk
desa terpaksa untuk menjadi petani karena tidak mampu bersaing di sektor lain
di daerah perkotaan.
Masalah
Kemiskinan dalam Pembangunan Pertanian
§ Kemiskinan
sebagai suatu masalah sosial; kemiskinan sebagai suatu permasalahan kompleks
dan tidak hanya mencakup masalah kondisi ekonomi penduduk, akan tetapi mencakup
kurangnya pendidikan, kurangnya keterampilan, lemahnya semangat, kurang percaya
diri, dan berbagai karakteristik sosial lainnya yang negatif.
§ Kemiskinan
dapat dibedakan ke dalam beberapa bentuk antara lain:
1. Kemiskinan
absolut; kondisi penduduk dimana tingkat konsumsi/ pendapatannya di bawah
kebutuhan fisik minimum (kurang gizi, kurang pakaian, banyak penyakit dan hidup
di lingkungan kumuh.
2. Kemiskinan
relatif; kondisi penduduk dimana tingkat pendapatan/ konsumsi berada di bawah
rata-rata konsumsi/ pendapatan masyarakat di sekitarnya walaupun telah melebihi
kebutuhan fisik minimum (KFM).
3. Kemiskinan
struktural; kemiskinan yang disebabkan oleh struktur masyarakat yang
menempatkan seseorang berada pada posisi yang kurang menguntungkan (miskin
keturunan)
4. Kemiskinan
budaya; kemiskinan yang disebabkan oleh nilai-nilai budaya yang dianut seperti
pesimistis, apatisme, percaya pada nasib, sehingga tidak mendorong seseorang
berusaha lebih giat dalam memperbaiki nasib hidupnya
Tingkat
Kemiskinan
Seseorang
dikatakan miskin apabila menurut yang bersangkutan penghasilan yang dia terima
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Singarimbun, 1971).
Definisi ini menunjukkan perbedaan ukuran kebutuhan seseorang dengan orang
lain.
Sayogyo (1971)
menggunakan ukuran beras dimana seseorang dikatakan miskin apabila
penghasilannya sama atau lebih kecil dari 320 kg beras per orang per tahun
untuk wilayah pedesaan dan 480 kg beras per orang per tahun untuk wilayah
perkotaan.
0 comments:
Post a Comment